Saat ini banyak sekali bentuk kerjasama yang ada di dunia online. Beberapa member baru mengaku kebingungan dengan istilah-istilah yang ada. Apalagi memang di ebook2 cafebisnis lebih banyak membahas hal teknisnya sehingga prinsip dasarnya belum jelas. Nah, artikel di kali ini saya akan coba menguraikan macam-macam bentuk kerjasama di bisnis online. Tapi saya batasi kerjasama antara pemilik produk dan pemasar. Untuk komponen lainnya insya Allah tidak ada permasalahan.
Affiliasi
Affiliasi adalah bentuk kerjasama dimana pemasar bertindak sebagai kepanjangan tangan tim marketing pemilik produk. Tugas pemasar disini hanyalah mencari calon-calon pembeli bagi pemilik produk. Pemasar affiliasi tidak dituntut untuk melakukan penjelasan produk, pemberian ganti rugi atau garansi. Dan biasanya pemasar affiliasi juga tidak perlu membayar apapun untuk memasarkan produk. Dari sisi resiko, bisnis affiliasi juga bisa dikatakan tanpa resiko. Seandainya dalam sebulan anda tidak dapat pembelipun anda takkan rugi apa-apa. Tapi kekurangannya nama anda tidak akan terkenal. Yang terus naik pamornya ya pemilik produk itu sendiri. Contoh model affiliasi ya cafebisnis.com ini.
Affiliasi adalah bentuk kerjasama dimana pemasar bertindak sebagai kepanjangan tangan tim marketing pemilik produk. Tugas pemasar disini hanyalah mencari calon-calon pembeli bagi pemilik produk. Pemasar affiliasi tidak dituntut untuk melakukan penjelasan produk, pemberian ganti rugi atau garansi. Dan biasanya pemasar affiliasi juga tidak perlu membayar apapun untuk memasarkan produk. Dari sisi resiko, bisnis affiliasi juga bisa dikatakan tanpa resiko. Seandainya dalam sebulan anda tidak dapat pembelipun anda takkan rugi apa-apa. Tapi kekurangannya nama anda tidak akan terkenal. Yang terus naik pamornya ya pemilik produk itu sendiri. Contoh model affiliasi ya cafebisnis.com ini.
Reseller
Reseller adalah bentuk kerjasama yang lebih besar lagi. Disini, tugas pemasar adalah membeli produk dalam jumlah besar kemudian menjualnya lagi dengan harga yang baru atau dengan format yang lebih kecil. Jadi, anda harus bedakan benar-benar antara affiliasi dan reseller. Jangan keliru menafsirkan produk affiliasi sebagai produk reseller. Mentang-mentang anda bisa menjual lagi sebuah ebook lalu anda mengatakan saya kan reseller padahal perjanjiannya hanyalah affiliasi.
Seorang reseller bisa membuat web sendiri dan memasarkan produknya dengan caranya sendiri dan harganya sendiri. Contoh yang paling mudah adalah toko kelontong. Mereka ini termasuk reseller yang membeli produk-produk dalam jumlah besar lalu di jual eceran ke masyarakat. Kalau habis, ya harus beli lagi. Karena itu biasanya kerjasama system reseller hanya pada produk-produk yang bisa habis. Contohnya buku, produk real seperti pakaian dan elektronik, hosting, domain dll.
Reseller adalah bentuk kerjasama yang lebih besar lagi. Disini, tugas pemasar adalah membeli produk dalam jumlah besar kemudian menjualnya lagi dengan harga yang baru atau dengan format yang lebih kecil. Jadi, anda harus bedakan benar-benar antara affiliasi dan reseller. Jangan keliru menafsirkan produk affiliasi sebagai produk reseller. Mentang-mentang anda bisa menjual lagi sebuah ebook lalu anda mengatakan saya kan reseller padahal perjanjiannya hanyalah affiliasi.
Seorang reseller bisa membuat web sendiri dan memasarkan produknya dengan caranya sendiri dan harganya sendiri. Contoh yang paling mudah adalah toko kelontong. Mereka ini termasuk reseller yang membeli produk-produk dalam jumlah besar lalu di jual eceran ke masyarakat. Kalau habis, ya harus beli lagi. Karena itu biasanya kerjasama system reseller hanya pada produk-produk yang bisa habis. Contohnya buku, produk real seperti pakaian dan elektronik, hosting, domain dll.
DropShipping
Ini istilah yang baru di Indonesia walaupun di luar negeri sudah lama. Dropshipping adalah gabungan antara reseller dan affiliasi. Kelemahan reseller kan anda harus borong dulu dalam jumlah besar untuk mendapatkan harga gudang. Tapi dengan jadi reseller kita bisa jual lagi barang itu atas nama kita. Sedangkan affiliasi enaknya kita nggak perlu borong barang dulu. Dengan harga yang sama dengan harga pemilik produk, kita tetap dapat untung dari komisi.
Nah, di dropshipping kita tak perlu borong barang. Barangnya tetap di pemilik produk. Tapi sebagai pemasar anda bisa memesan barang dengan harga gudang walaupun anda hanya membeli 1 unit saja. Harga yang anda tawarkan ke publik tentunya bisa bervariasi. Bisa sama dengan harga produsennya atau lebih murah lagi sejauh masih ada selisih antara harga yang anda tawarkan dengan harga gudangnya.
Lho mas, kalau gitu konsumen bisa dong seenaknya langsung beli ke produsen dengan harga gudang kalau diijinkan beli 1 unit saja?
Eeiitt.. tidak semudah itu kawan. Pertama, mereka harus registrasi sebagai pemasar dan ada biayanya. Kalau biaya registrasi + harga gudang masih murah sih oke-oke saja. Tapi bagaimana kalau ternyata lebih mahal? Mereka tentu mikir 2x kan?
Selain itu, saat pengiriman barang, yang tertera di surat adalah nama dan alamat anda. Jadi, konsumen takkan pernah tahu anda kulakan dimana kecuali anda woro-woro sendiri.
Kalau ndak dapat konsumen kita rugi dong?
Ya iyalah. Lha kalau sebulan nggak dapat konsumen ya jelas aja rugi. Dimana-mana ya gitu. Anda buka toko lalu sebulan nggak ada yang beli ya jelas rugi. Listrik tetap bayar, telpon tetap bayar, karyawan juga harus dibayar. Dan kalau sebulan nggak dapat konsumen musti ditanya tuh tokonya buka ndak? Jangan-jangan tokonya ditutup terus sebulan atau barang-barangnya sudah kuno semua, pantas nggak dapat pembeli.
Ini istilah yang baru di Indonesia walaupun di luar negeri sudah lama. Dropshipping adalah gabungan antara reseller dan affiliasi. Kelemahan reseller kan anda harus borong dulu dalam jumlah besar untuk mendapatkan harga gudang. Tapi dengan jadi reseller kita bisa jual lagi barang itu atas nama kita. Sedangkan affiliasi enaknya kita nggak perlu borong barang dulu. Dengan harga yang sama dengan harga pemilik produk, kita tetap dapat untung dari komisi.
Nah, di dropshipping kita tak perlu borong barang. Barangnya tetap di pemilik produk. Tapi sebagai pemasar anda bisa memesan barang dengan harga gudang walaupun anda hanya membeli 1 unit saja. Harga yang anda tawarkan ke publik tentunya bisa bervariasi. Bisa sama dengan harga produsennya atau lebih murah lagi sejauh masih ada selisih antara harga yang anda tawarkan dengan harga gudangnya.
Lho mas, kalau gitu konsumen bisa dong seenaknya langsung beli ke produsen dengan harga gudang kalau diijinkan beli 1 unit saja?
Eeiitt.. tidak semudah itu kawan. Pertama, mereka harus registrasi sebagai pemasar dan ada biayanya. Kalau biaya registrasi + harga gudang masih murah sih oke-oke saja. Tapi bagaimana kalau ternyata lebih mahal? Mereka tentu mikir 2x kan?
Selain itu, saat pengiriman barang, yang tertera di surat adalah nama dan alamat anda. Jadi, konsumen takkan pernah tahu anda kulakan dimana kecuali anda woro-woro sendiri.
Kalau ndak dapat konsumen kita rugi dong?
Ya iyalah. Lha kalau sebulan nggak dapat konsumen ya jelas aja rugi. Dimana-mana ya gitu. Anda buka toko lalu sebulan nggak ada yang beli ya jelas rugi. Listrik tetap bayar, telpon tetap bayar, karyawan juga harus dibayar. Dan kalau sebulan nggak dapat konsumen musti ditanya tuh tokonya buka ndak? Jangan-jangan tokonya ditutup terus sebulan atau barang-barangnya sudah kuno semua, pantas nggak dapat pembeli.
Master Resale Right / Private Label Right
Beda MRR dan PLR hanyalah pada produknya. MRR biasanya produknya lebih berat misalnya software, script atau ebook. Sedangkan PLR lebih pada artikel yang panjangnya nggak lebih dari 1000 kata. Kedua produk ini memiliki kerjasama yang paling menguntungkan. Disini anda cukup membeli 1 copy MRR/PLR kemudian anda bisa menjualnya lagi dengan nama anda sendiri dan bisa berkali-kali sesuka hati anda.
Cuma sayangnya biasanya produk-produk MRR/PLR ini karena menggunakan system seperti itu cenderung terlalu banyak copy-nya dan sebagian besar malah dipakai sebagai bonus gratisan. Kalau anda dapat penawaran affiliasi kemudian dia berjanji ngasih banyak bonus, coba teliti dulu jangan-jangan itu MRR semua.. hehehe.. Soal mutu juga sangat diragukan. Biasanya sih hanya mengupas kulit luar aja nggak sampai isi-isinya. Atau kalaupun software biasanya nggak ada update dan nggak ada support systemnya.
Nah, itulah sederet bentuk kerjasama antara pemasar dan pemilik produk. Masing-masing punya keunggulan dan kekurangan. Yang manapun pilihan anda, asal anda menjalankannya dengan baik tentunya akan menghasilkan juga. Tapi kalau anda asal-asalan ngerjakannya apalagi nggak fokus ya ndak usah heran kalau dapatnya rugi doang :) Apalagi kalau belum apa-apa anda sudah menanyakan kalau rugi gimana? Ya pasti rugi beneran karena anda sudah siap untuk rugi.. hehehehe… Makanya nanya itu yang baik. Kalau untung gimana? Kalau pesanan membludak gimana? Kalau saya kebanyakan uang mau saya bagi kemana? Gitu dong !! Sepakat??
Beda MRR dan PLR hanyalah pada produknya. MRR biasanya produknya lebih berat misalnya software, script atau ebook. Sedangkan PLR lebih pada artikel yang panjangnya nggak lebih dari 1000 kata. Kedua produk ini memiliki kerjasama yang paling menguntungkan. Disini anda cukup membeli 1 copy MRR/PLR kemudian anda bisa menjualnya lagi dengan nama anda sendiri dan bisa berkali-kali sesuka hati anda.
Cuma sayangnya biasanya produk-produk MRR/PLR ini karena menggunakan system seperti itu cenderung terlalu banyak copy-nya dan sebagian besar malah dipakai sebagai bonus gratisan. Kalau anda dapat penawaran affiliasi kemudian dia berjanji ngasih banyak bonus, coba teliti dulu jangan-jangan itu MRR semua.. hehehe.. Soal mutu juga sangat diragukan. Biasanya sih hanya mengupas kulit luar aja nggak sampai isi-isinya. Atau kalaupun software biasanya nggak ada update dan nggak ada support systemnya.
Nah, itulah sederet bentuk kerjasama antara pemasar dan pemilik produk. Masing-masing punya keunggulan dan kekurangan. Yang manapun pilihan anda, asal anda menjalankannya dengan baik tentunya akan menghasilkan juga. Tapi kalau anda asal-asalan ngerjakannya apalagi nggak fokus ya ndak usah heran kalau dapatnya rugi doang :) Apalagi kalau belum apa-apa anda sudah menanyakan kalau rugi gimana? Ya pasti rugi beneran karena anda sudah siap untuk rugi.. hehehehe… Makanya nanya itu yang baik. Kalau untung gimana? Kalau pesanan membludak gimana? Kalau saya kebanyakan uang mau saya bagi kemana? Gitu dong !! Sepakat??
0 tanggapan orang tentang ini:
Post a Comment